Assalamualaikum.
Saya bertekad lagi untuk mulai aktif menulis
lagi. Tulisan pertama saya mungkin agak terlambat. Seharusnya ini sudah ditulis
dan diposting tahun lalu.
Kali ini saya akan berbagi cerita saya
mengikuti program karantina bahasa asing “Pembibitan Alumni PTAI”.
Dilihat dari judulnya saja, kita tahu bahwa
program ini dikhususkan untuk alumni Perguruan Tinggi Agama Islam di Indonesia.
Buat teman-teman alumni PTAI seharusnya merasa bangga karena ada program
spesial untuk lulusan kampus Islam di Indonesia.
Apa sebenarnya program ini?
Pembibitan Alumni PTAI adalah program penguatan
bahasa asing dikhususkan ke bahasa Inggris dan Arab, diperuntukkan untuk alumni
PTAI agar bisa bersaing mendapatkan beasiswa S2 dan S3 ke luar negeri.
Program ini sudah dirintis sejak lama sekali.
Dulu namanya adalah program Pembibitan Calon Dosen. Peserta kebanyakan adalah
alumni S1 dari PTAI yang dipersiapakna untuk kuliah di luar negeri dan setelah
menimba ilmu kemudian pulang ke tanah air untuk mengabdi menjadi dosen di
lingkungan kampus Islam di Indonesia. Program ini dulunya sangat sukses, karena
bisa memberi intensif bahasa Inggris dan Arab selama kurang lebih 9 bulan. Seseorang
yang belajar bahasa Inggris atau Arab dari nol hingga bisa mencapai nilai yang
mengagumkan. Sehingga peserta program Pembibitan banyak yang sukses berangkat
untuk S2 ke luar negeri.
Tentu saja, program ini di bawah naungan
Kementerian Agama RI. Pasang surut sudah pasti ada, seiring berjalannya waktu
program yang harusnya intensif selama 9 bulan surut menjadi 6 bulan kemudian menjadi
3 bulan bahkan 2 bulan saja.
Program ini sempat tercatat mengalami vakum
selama 7 tahun, kemudian mulai diadakan lagi pada tahun 2012 dengan periode
program hanya 3 bulan. Tidak bisa dibilang sukses, karena dalam program tersebut
dari 40 peserta alumni, yang bisa melanjutkan sekolah ke luar negeri hanya
beberapa orang saja.
Terlepas dari berbagai kekurangannya, saya
pribadi merasakan program ini membawa manfaat yang besar bagi saya.
Saya adalah peserta program Pembibitan Alumni PTAI
tahun 2013 dan saya akan cerita singkat mengenai program ini untuk berbagi
pengalaman kepada rekan-rekan semua yang ingin mengikuti program ini di tahun
2014.
1. Seleksi Masuk
Pada bulan September 2013 saya resmi menjadi wisudawan dari kampus Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Tulungagung (sekarang IAIN Tulungagung). Saya
mendapatkan gelar alumni terbaik ke-2 pada jurusan Ushuluddin. Problem sarjana
baru adalah kebingungan mencari pekerjaan dan kesibukan. Hal itu juga saya
alami. Berbekal dengan selembar ijazah S1 di tangan, saya melamar di berbagai
tempat seperti PT. Telkom, Bank Syariah, sampai ke perusahaan Finance. Namun,
memang prospek lulusan Ushuluddin sangat diremehkan untuk melamar pekerjaan
kantoran. Seringakali saya gugur di proses wawancara. Sekitar awal Oktober saya
mendapatkan informasi dari salah seorang kenalan tentang program dari Kemenag
bernama Program Pembibitan Alumni PTAI untuk bersaing mendapatkan beasiswa S2
ke luar negeri. Tanpa pikir panjang karena pada saat itu deadline kurang 2 hari
lagi, saya kelimpungan mempersiapkan berkas pendaftaran.
Berkas pendaftaran meliputi formulir pendaftaran yang telah di download dan
diisi, fotocopy ijazah dan transkrip, fotocopy KTP, surat rekomendasi dari
rektor kampus, sertifikat nilai TOEFL dan TOAFL, proposal penelitian S2, CV, rencana
study, dan rencana pasca study. Berkas pendaftaran tersebut dikirim melalui pos
dan juga melalui email.
Setelah yakin saya memenuhi semua persayaratan, saya kemudian mengirimkan
berkas tersebut. Satu minggu kemudian terdapat pengumuman peserta yang
dinyatakan lolos administrasi dan lanjut ke tahap wawancara. Saya adalah salah
satu peserta yang lolos dan kemudian mengikuti wawancara di Surabaya.
Sedikit cerita tentang proses wawancara, yang perlu disiapkan adalah
kemampuan bahasa Inggris. Karena pewawancara akan bertanya dalam bahasa
Inggris. Kalau misalnya teman-teman kurang lancar dalam berbahasa Inggris,
pewawancara mempersilahkan kita untuk menjawab dalam bahasa campuran
Indonesia-Inggris atau Indonesia saja. Namun itu akan mempengaruhi penilaian. Jujur
sebelum wawancara saya sama sekali tidak mengetahui kalau proses wawancara akan
menggunakan bahasa Inggris. Saya tidak mempersiapkan bahan apapun untuk
wawancara dalam bahasa Inggris.
Namun saya sedikit terbiasa menggunakan bahasa Inggris dalam bentuk tulisan
dan percakapan sederhana, dan alhamdulillah itu membantu saya. Ketika memasuki
ruang wawancara, yang perlu diutamakan adalah sikap percaya diri dan menjadi
diri sendiri. Jawab pertanyaan sesantai mungkin tapi dengan tegas dan jelas.
Pertanyaan dalam wawancara seperti ini tidak jauh beda dengan pertanyaan dalam
wawancara beasiswa lainnya. Pertama-tama kita dipersilahkan memperkenalkan diri
(dalam bahasa Inggris tentunya. Jadi teman-teman bisa mempersiapkan ini dari
awal). Perkenalan diri ini juga berkaitan dengan aktifitas yang dijalani saat
ini. Kegiatan sosial apa saja yang pernah diikuti. Karena program ini mencari kandidat
yang aktif dan mempunyai jiwa leadership yang tinggi.
Kemudian pewawancara akan mempertanyakan tentang proposal thesis kita.
Pewawancara akan menanyakan sangat mendalam tentang latar belakang pendidikan
S1 kita. Dalam proses wawancara akan lebih banyak mengupas tentang rencana
penelitian dan rencana study. Pewawancara akan menanyakan apakah kita sudah
mempunyai universitas tujuan untuk S2 nanti. Disarankan agar teman-teman sudah
mempunya universitas cita-cita di luar negeri yang ingin dituju. Pelajari
baik-baik tentang universitas tersebut dan cari tahu secara mendalam. Hal ini
adalah bukti keseriusan kita kalau ingin lanjut S2 ke luar negeri. Dan tentunya
hal ini juga akan memperngaruhi penilaian karena kita terlihat sangat
sungguh-sungguh untuk belajar ke luar negeri.
Selanjutnya pewawancara akan menanyakan kemampuan bahasa asing kita.
Sebenarnya hal ini akan diketahui dari kelancaran kita berbicara dalam bahasa
Inggris saat wawancara. Namun pewawancara akan menanyakan kita tentang nilai
TOEFL kita, pernah berapa kali ikut kursus TOEFL, berapa skor tertinggi yang
pernah diraih, dsb.
Proses wawancara akan memakan waktu 30-45 menit. Selanjutnya tahap
berikutnya adalah menunggu pengumuman akhir sekitar 2 minggu setelah wawancara.
Perlu diketahui juga bahwa setiap tahunnya program ini akan menerima 40 peserta
dari seluruh Indonesia.
2. Kegiatan Pembibitan Alumni PTAI
Setelah dinyatakan lolos seleksi, saya kemudian berangkat ke Jakarta untuk
mengikuti program ini yang akan berlangsung selama 2 bulan. Teman-teman tidak
perlu merasa khawatir karena setelah dinyatakan lolos seleksi, panitia akan
menganggung biaya akomodasi selama kita di sana dan transportasi PP dari daerah
asal, bahkan kita akan mendapatkan uang saku setiap bulan. Hal yang perlu kita
lakukan hanyalah bersedia mengikuti seluruh kegiatan secara sungguh-sungguh
(akan dibuktikan melalui surat pernyataan di atas materai). Enak bukan?
Saat pertama datang, saya bertemu dengan teman-teman dari seluruh penjuru
Indonesia dari latar belakang pendidikan yang beragam, namun tetap satu payung
yaitu “Alumni Perguruan Tinggi Islam Indonesia”.
Selama dua bulan kegiatan kita sangat padat dan konsentrasi untuk
meningkatkan kemampuan bahasa Inggris kita. Kegiatan setiap hari dimulai dari
pukul 8 pagi sampai pukul 5 sore. Kita akan mendapatkan tutor bahasa Inggris
terbaik dari berbagai lembaga kursus bahasa Inggris ternama di Indonesia. Hari
Senin sampai Kamis kita belajar mendalam dan latihan soal-soal TOEFL meliputi listening,
grammar dan reading. Sementara hari Jumat kita ada sesi mentoring, yakni
sesi khusus mendatangkan pembicara dari figur orang sukses yang telah berhasil
menempuh pendidikan ke luar negeri dan pulang ke Indonesai untuk mengabdi.
Figur sukses tersebut akan berbagi ilmu dan pengalaman ke kita. Selama 2 bulan,
setiap minggunya kita mendapatkan pembicara dari figur sukses dari berbagai latar
belakang pendidikan.
Kemudian hari Jumat siangnya sehabis sholat Jum’at kita akan mendapatkan
sesi mentoring dari panitia PPIM (Pusat Pengkajian Islam & Masyarakat)
untuk sharing tentang rencana study dan thesis kita. Sesi mentoring ini akan
dibagi secara mengelompok sesuai dengan latar belakang pendidikan kita.
Hari Sabtu dan Minggu adalah hari libur, kita bisa memanfaatkan untuk
beristirahat atau untuk jalan-jalan ke berbagai tempat menarik di Jakarta untuk
teman-teman yang berasal dari daerah.
Di akhir program ini tentunya ada evaluasi, sejauh mana kita menyerap ilmu
selama 2 bulan itu. Maka kita mendapatkan test TOEFL ITP dari lembaga yang
telah diakui. Kita dibebaskan dari biaya test, yang perlu kita lakukan adalah mempersiapkan
diri agar bisa mendapatkan nilai yang tinggi dalam test.
Setelah dua bulan kemudian kita pulang ke daerah masing-masing. Sementara
sertifikat TOEFL dan sertifikat pembibitan akan dikirimkan ke alamat masing-masing
jika sudah siap.
Yang perlu dicatat agar tidak menimbulkan kesalahpahaman adalah program ini
tidak menjamin kita pasti ke luar negeri. Yang bisa menjamin adalah diri kita
sendiri. Selepas dari program tersebut sejauh mana usaha kita untuk apply
beasiswa ke luar negeri dan ggih mencari sponsor. Ingat, kita sudah mempunyai
satu senjata yaitu sertifikat TOEFL yang akan sangat berguna untuk mendaftarkan
beasiswa ke luar negeri.
Selepas dari program ini kita juga tidak lepas begitu saja. Kita masih
menjalin ikatan dalam Alumni Pembibitan PTAI. Kita membuat group di facebook dan
whatsApp untuk bertukar informasi tentang beasiswa maupun informasi yang
bermanfaat lainnya. Dari pihak panitia juga menyediakan info kontak dan email
pribadi kalau kita mau sharing dan meminta bantuan untuk melancarkan proses pendaftaran
beasiswa. Jadi dapat saya simpulkan bahwa program ini sangat bermanfaat
terlepas dari segala kekurangannya.
3. Pasca Program
Setelah kita pulang ke daerah masing-masing,
tak lama kemudian kita banyak menerima kabar gembira yang berupa kabar
kesuksesan. Beberapa rekan kita ada yang telah berhasil meraih beasiswa S2
keluar negeri. Ada yang berhasil mendapatkan kesempatan kunjungan ke Australia
juga. Ada yang lolos test CPNS dan sebagainya. Sampai saat ini telah lebih dari
5 orang yang berhasil lolos seleksi beasiswa ke luar negeri melalui sponsor
dari Indonesia yakni LPDP. Saya sendiri alhamdulillah lolos beasiswa LPDP untuk
kuliah S2 di dalam negeri. Saya akan menceritakan juga pengalaman saya lolos
seleksi LPDP ini di tulisan saya yang selanjutnya.